DONGENG
Mengenal Lebih Dekat Dongeng: Ciri, Struktur, Fungsi, Unsur, dan Jenisnya
Dongeng adalah warisan sastra lisan yang kaya, diturunkan dari generasi ke generasi. Ia hadir sebagai cerita fiksi yang seringkali menampilkan kejadian luar biasa, namun bagi banyak orang dianggap sekadar hiburan tanpa perlu dipercaya kebenarannya.
Ciri-ciri Dongeng
1. Alur Sederhana: Jalan cerita dalam dongeng umumnya mudah diikuti dan tidak rumit.
2. Singkat dan Cepat: Durasi penceritaan dongeng cenderung pendek dan pergerakan antar peristiwanya relatif cepat.
3. Tokoh Tidak Rinci:Penggambaran karakter dalam dongeng biasanya tidak mendalam dan detail.
4. Lisan dan Hiburan: Tradisionalnya, dongeng disampaikan secara lisan sebagai pengantar tidur atau sekadar hiburan.
5. Pesan Moral: Hampir setiap dongeng mengandung nilai atau pelajaran moral bagi pendengar atau pembacanya.
Struktur Dongeng
1. Pendahuluan: Bagian awal yang memberikan pengantar singkat mengenai isi cerita.
2. Isi (Peristiwa):Bagian utama yang mengisahkan rangkaian kejadian secara berurutan.
3. Penutup: Bagian akhir yang seringkali berisi pesan moral dan kalimat penutup.
Fungsi Dongeng:
1. Hiburan: Sebagai sarana pelepas penat dan memberikan kesenangan.
2. Pendidikan: Menyampaikan nilai-nilai luhur dan pelajaran hidup.
3. Pewarisan Nilai: Menurunkan norma, adat, dan kearifan lokal dari generasi ke generasi.
4. Protes Sosial: Secara tersirat menyampaikan kritik terhadap kondisi masyarakat.
5. Proyeksi Keinginan: Mewujudkan harapan dan fantasi yang mungkin terpendam.
Unsur Intrinsik Dongeng:
1. Tema:Ide pokok atau gagasan utama yang mendasari cerita (tersurat atau tersirat).
2. Latar: Keterangan mengenai tempat, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa.
3. Alur: Urutan kejadian yang saling berhubungan berdasarkan sebab dan akibat.
4. Tokoh: Pelaku yang mengalami berbagai peristiwa dalam cerita.
5. Penokohan: Cara pengarang menggambarkan karakter tokoh (sifat, fisik, kondisi).
6. Sudut Pandang: Posisi pencerita dalam menyampaikan kisah.
7. Majas: Gaya bahasa yang digunakan untuk memberikan efek dan menghidupkan cerita.
8. Amanat: Pesan moral yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.
Unsur Ekstrinsik Dongeng:
1. Latar Belakang Masyarakat: Kondisi sosial, politik, ideologi, dan norma yang mempengaruhi penulisan.
2. Latar Belakang Pengarang: Riwayat hidup, kondisi psikologis, dan aliran sastra penulis.
Jenis-jenis Dongeng:
1. Mite (Mitos): Berkisah tentang makhluk halus dan hal-hal gaib (contoh: Nyi Roro Kidul).
2. Sage: Mengisahkan tokoh heroik dengan keberanian, kepahlawanan, atau kesaktian (contoh: Calon Arang).
3. Fabel: Menceritakan kehidupan hewan yang bertingkah laku seperti manusia (contoh: Kancil dan Buaya).
4. Legenda: Dipercaya sebagian masyarakat setempat pernah terjadi, namun tidak dianggap sakral (contoh: Danau Toba).
5. Parabel: Mengandung nilai-nilai pendidikan moral, agama, atau lainnya (contoh: Malin Kundang).
Mengapa dongeng terkesan sungguhan padahal fiktif? Karena dongeng adalah cerita turun-temurun yang diceritakan dengan gaya seolah-olah benar terjadi. Namun, esensinya adalah imajinasi, seperti binatang dan tumbuhan yang dapat berbicara layaknya manusia.
Bisakah benda di sekitar kita menjadi objek dongeng? Secara teoritis bisa saja, namun tradisi dongeng lebih kuat pada cerita yang diwariskan. Benda yang diangkat menjadi dongeng biasanya memiliki kesan atau sejarah tersendiri, seperti asal-usul Keris Naga Runting yang diceritakan dari mulut ke mulut sejak dahulu kala.
Salah satu fungsi penting dongeng adalah proteksi sosial. Setiap cerita mengandung amanat atau pesan moral yang diharapkan dapat membangun karakter dan motivasi generasi muda, sehingga menumbuhkan semangat meraih kesuksesan dan berpotensi menurunkan tingkat kesenjangan sosial melalui nilai-nilai positif yang ditanamkan.
Dongeng bukan sekadar cerita pengantar tidur, melainkan jendela menuju kearifan lokal dan nilai-nilai luhur yang patut untuk terus dilestarikan dan dipahami.
Komentar
Posting Komentar