PUISI SATIRE

1. Definisi Puisi Satire
Puisi satire adalah salah satu jenis puisi baru yang berisikan sindiran atau kritikan halus kepada seseorang atau kelompok. Satire berasal dari bahasa Latin satura yang berarti kritikan, kecaman terhadap suatu hal atau keadaan, dan tidak puasnya hati suatu golongan
(pada pemimpin yang zalim)
.
Puisi satire adalah ungkapan perasaan para penyair terhadap kondisi yang tengah terjadi di masyarakat berupa sindiran, kecaman dan kritik tajam.
Puisi ini berisi kritik sosial. Pada awalnya, puisi satire digunakan untuk kritik sosial.
Oleh karena itu banyak penyair yang membuat puisi ini untuk menyindir pemerintah.
Akan tetapi pada perkembangannya puisi satire tidak hanya menyindir pemerintah.
Kadang-kadang dibuat juga untuk menyindir teman. Atau perilaku orang lain.

2. Ciri-ciri Puisi Satire
1. Gaya bahasa : mempunyai gaya bahasa dinamis atau berubah-ubah.
2. Berisi sindiran atau kritikan atas sebuah fenemona terjadi, keadaan atau seseorang.
3. Bentuk penulisan puisi : tersusun rapi dan simetris
4. Puisi tidak terikat berbagai aturan rima, bait, dan lain-lain.
5. Tiap baris puisi terdapat sebuah gatra (kesatuan sintaksis) yang terdiri dari 2 atau 4-5 suku kata.
6. Seringkali menggunakan pola sajak yang teratur (a-a-a-a, atau a-b-a-b, atau a-b-c-d-a-b-c-d, atau yang lainnya), meskipun ada juga yang menggunakan pola yang lain, dan tidak ada aturan baku akan hal ini.
7. Sebagian besar puisi empat seuntai.
8. Diketahui nama pengarangnya.

3. Cara Membuat Puisi Satire
1. Menentukan tema dan pesan yang hendak disampaikan dalam puisi satire.
2. Mengembangkan tema menjadi kalimat sindiran dalam puisi satire.
3. Menuangkan ide dengan menggunakan diksi yang menarik.
4. Puisi satire ditulis empat seuntai.
5. Bahasa yang digunakan jelas agar pesan puisi satire tersampaikan kepada pembaca.
6. Gunakan majas dan penginderaan untuk memperdalam makna puisi satire.


4. Contoh Karya Puisi Satire

 Negeriku
 Karya: A. Musthofa Bisri

Mana ada negeri sesubur negeriku?
Sawahnya tak hanya menumbuhkan padi, tebu dan jagung,
Tapi juga pabrik, tempat rekreasi dan gedung
Perabot-perabot orang kaya di dunia
Dan burung-burung indah peliharaan mereka berasal dari hutanku.
Ikan-ikan pilihan yang mereka santap bermula dari lautku.
Emas dan perhiasan mereka digali dari tambangku.
Air bersih yang mereka minum bersumber dari keringatku.
Mana ada negeri sekaya negeriku? Majikan-majikan bangsaku
Memiliki buruh-buruh manca negara
Brangkas-brangkas bank ternama dimana-mana
Menyimpan harta-hartaku
Negeriku menumbuhkan konglomerat Dan mengikis habis kaum melarat.
Rata –rata pemimpin negeriku dan handai taulannya terkaya di dunia.
Mana ada negeri semakmur negeriku?
Penganggur –penganggur diberi perumahan, gaji dan pensiun tiap bulan.
Rakyat kecil menyumbang negara tanpa imbalan.
Rampok –rampok diberi rekomendasi dengan kop sakti instansi.
Maling-maling diberi konsesi, tikus dan kucing dengan asyik berkolusi.

Sajak Sebatang Lisong 
Karya : W.S Rendra

Menghisap sebatang lisong melihat Indonesia Raya,
mendengar 130 juta rakyat, dan di langit
dua tiga cukong mengangkang, berak di atas kepala mereka
Matahari terbit.
Fajar tiba.
Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan.
Aku bertanya, tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur meja kekuasaan yang macet,
dan papan tulis-papan tulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan.
Delapan juta kanak-kanak menghadapi satu jalan panjang, tanpa pilihan,
tanpa pepohonan,
tanpa dangau persinggahan,
tanpa ada bayangan ujungnya.
Menghisap udara yang disemprot deodorant,
aku melihat sarjana-sarjana menganggur berpeluh di jalan raya;
aku melihat wanita bunting
antri uang pensiun.
Dan di langit; para tekhnokrat berkata :
bahwa bangsa kita adalah malas,
bahwa bangsa mesti dibangun; mesti di-upgrade
disesuaikan dengan teknologi yang diimpor
Gunung-gunung menjulang.
Langit pesta warna di dalam senjakala
Dan aku melihat protes-protes yang terpendam,
terhimpit di bawah tilam.
Aku bertanya, tetapi pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan
termangu-mangu di kaki dewi kesenian.
Bunga-bunga bangsa tahun depan berkunang-kunang pandang matanya, di bawah iklan berlampu neon, Berjuta-juta harapan ibu dan bapak menjadi gemalau suara yang kacau, menjadi karang di bawah muka samodra.
Kita harus berhenti membeli rumus-rumus asing.
Diktat-diktat hanya boleh memberi metode, tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan.
Kita mesti keluar ke jalan raya, keluar ke desa-desa,
mencatat sendiri semua gejala,
dan menghayati persoalan yang nyata.
Inilah sajakku
Pamplet masa darurat.
Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan.
Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan.

19 Agustus 1977


QnA :

Apakah dalam puisi satire itu harus mengandung kata sindiran yang lumayan kasar?
Misal kalau kata sindiran nya diperhalus apakah masih bisa disebut satire?

Jawaban  Berdasarkan artikel yang telah saya baca, puisi satire menggunakan bahasa yang menertawakan atau menolak sesuatu. Bahasanya tidak harus bersifat ironis dan menyindir secara gamblang dengan bahasa yang kasar. Tetapi, yang terpenting ialah puisi satire mengandung kritik tentang kelemahan manusia. Tujuan adalah adanya perbaikan secara etis maupun estetis setelah adanya puisi satire yang menyindir suatu persoalan.

Kesimpulan
Inilah gambaran puisi satire yang merupakan bagian dari ironi  sendiri yang tak perlu
ambil pusing yang penting urus diri dan puisi satire untuk kritik  teman atau perilaku orang lain.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

LARIK WAKTU : LEBIH DARI SEKEDAR PUISI

TERJEBAK DALAM PERGEMULUTAN HIDUP?

KESADARAN CINTA AKSARA : MISTERI DI BALIK HALAMAN TERAKHIR