TATIKA

✨ *TATIKA* ✨

Tatika merupakan kependekan dari CeriTA TIga KAlimat. Menurut penggagasnya, Prof. Tengsoe Tjahjono, yang juga penggagas pentigraf (cerpen tiga paragraf), prinsip dasar Tatika tidak jauh beda dengan pentigraf. Jika sudah memahami pentigraf dengan benar, akan lebih mudah memahami tatika. Meski hanya terdiri atas tiga kalimat, elemen narasi (tokoh, alur dan latar) harus tetap hadir untuk bersama-sama membangun atau mendukung tema.

Secara umum ciri-ciri Tatika menurut Prof Tengsoe sebagaimana dinukil dari bukunya “Berumah Dalam Sastra Tiga” adalah sebagai berikut:

1. Terdiri atas hanya tiga kalimat yang ditulis secara berkesinambungan dalam satu paragraf.
2. Hendaknya menggunakan berbagai ragam kalimat. Maksud dari ketentuan ini adalah agar terdapat variasi kalimat, tidak monoton. Selain itu agar gagasan dapat disampaikan secara cermat, efektif, komunikatif, dan menarik.
3. Panjang tatika secara keseluruhan maksimal 75 kata.
4. Berfokus hanya pada persoalan seorang tokoh.
5. Elemen narasi yang terdiri atas tokoh, alur, dan latar harus berkelindan secara kompak mendukung tema.
6. Terdapat kejutan atau ketakterdugaan (twist).
7. Hanya boleh terdapat satu kalimat langsung dalam tatika.

Komponen utama tatika adalah kalimat. Kalimat yang digunakan dalam tatika bisa kalimat tunggal, bisa majemuk. Umumnya untuk dapat membangun cerita utuh dalam tiga kalimat, maka kalimat majemuk yang sering digunakan. Kalimat mejemuk adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu pola kalimat. Kalimat majemuk dibedakan menjadi kalimat majemuk setara, bertingkat dan rapatan.
Kalimat majemuk setara merupakan kalimat yang memiliki dua klausa yang hubungan antara dua klausa tersebut sederajat. Kalimat majemuk setara dibedakan menjadi setara menggabungkan (menggunakan kata tugas: “dan”, “karena itu”, “setelah itu”), memilih (dengan kata tugas “atau”, mempertentangkan (dengan kata tugas: “tetapi”, “namun”, ‘melainkan”, “hanya”) dan menguatkan (menggunakan kata tugas: “bahkan”, “lagi”, lagipula”).
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang sekurang-kurangnya terdiri atas dua klausa, sedangkan klausa yang satu menjadi bagian klausa yang lain. Klausa yang menjadi bagian klausa yang lain disebut klausa terikat atau anak kalimat, sedang klausa yang memuat klausa terikat dinamakan klausa bebas atau induk kalimat. (Tengsoe Tjahjono, 2020:81).
Sedangkan kalimat majemuk rapatan merupakan gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subyek atau predikatnya sama maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali.
Prof Tengsoe mengakui tak mudah menulis cerita utuh hanya dalam format tiga kalimat. Meski hanya tiga kalimat, tatika tetap memuat semua elemen narasi yang meliputi tokoh, alur dan latar secara berkelindan mendukung tema. Jika tidak cermat menulis, tatika bisa tergelincir menjadi monolog atau bahkan puisi. Terlebih jika tataika itu memakai sudut pandang orang pertama, “aku” sebagai pencerita.

Contoh:

 *KALAH CEPAT* 

Nies periksa ke dokter kandungan langganannya. Dokter heran karena ia telah memberi pil KB pada pasiennya itu, kenapa bisa hamil? “Sepertinya pil KB yang Dokter berikan kalah cepat reaksinya dibanding suami saya, Dok,” jawab Nies santai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LARIK WAKTU : LEBIH DARI SEKEDAR PUISI

TERJEBAK DALAM PERGEMULUTAN HIDUP?

KESADARAN CINTA AKSARA : MISTERI DI BALIK HALAMAN TERAKHIR