MATERI BAHASA INDONESIA TALIBUN

TALIBUN
Merupakan satu di antara jenis puisi lama yang berbentuk seperti pantun, hal ini dikarenakan talibun mempunyai sampiran dan isi.
Namun, yang membedakan antara talibun dan pantun, yakni jumlah barisnya. Talibun memiliki jumlah baris genap seperti enam baris, delapan baris, 10 baris bahkan sampai 20 baris.
Talibun delapan baris merupakan talibun yang paling populer atau yang sering digunakan.
Tema-tema yang terkandung dalam talibun biasanya terdiri atas kebesaran atau kehebatan suatu tempat, keajaiban suatu benda, kesaktian dan kecantikan seseorang, kelakuan dan sikap manusia, perlakuan di masa lalu, serta peristiwa peperangan di masa lampau.
Di sisi lain, talibun sudah jarang ditemui dalam kehidupan sehari-hari karena proses pembuatan talibun lebih sulit daripada pantun biasa sehingga tidak semua orang mampu menciptakan talibun.

Berikut ini beberapa syarat talibun:

1. Jumlah barisnya selalu genap: enam, delapan, 10, bahkan 20.
2. Terdiri dari dua bagian yaitu sampiran dan isi.
3. Perumpamaannya seperti pantun biasa, yaitu kepada alam dan lingkungan sekitar.

Contoh:

(Contoh Talibun 6 Baris)
Berlayar menuju pulau di sana
Menerjang ombak di bulan purnama
Bersama nahkoda melempar jala
Agar memiliki gelar sarjana
Belajarlah dengan giat dan seksama
Jangan lupa selalu berdoa 
Tak bisa berjalan karena lumpuh
Berjalan lambat karena dibantu alat
Ditunggu pun tak kunjung tiba
Saat melarat selalu bersimpuh
Ketika senang tak pernah shalat
Pastilah Tuhan tak akan iba

(Contoh Talibun 8 Baris)
Duduk berpangku di bulan purnama
Anak tertawa bulan berjudi
Tak ada yang berkuasa
Menagkap senja yang terjerat
Anak dididik ilmu agama
Agar menjadi orang berbudi
Tak pernah berbuat dosa
Orang tua pun selamat di akhirat
Hujan deras akhirnya datang jua
Memabasahi alam sekitarnya
Rumput, bunga tumbuh tanpa diterka
Sugguh indah alam dengan nuansa
Sayangi ke dua orang tua
Jangan mengeluh kepadanya
Jangan pula menyakiti mereka
Agar mendapat ridho yang Mahakuasa

(Talibun 10 Baris)
Hujan di bulan selalu bergelimang
Jatuh ke bumi menciptakan genangan
Genangan di jalan sungguh membuat kelam
Jalanan kelam tak bersiring
Tak bersiring menciptakan kehancuran
Melihat kebahagian nampak hilang
yang tinggal kini hanyalah kenangan
Janganlah kau menangis sehari semalam
Janganlah kau bersedih hingga mata kering
Karena ada aku yang memberikan kebahagiaan


Komentar

Postingan populer dari blog ini

LARIK WAKTU : LEBIH DARI SEKEDAR PUISI

TERJEBAK DALAM PERGEMULUTAN HIDUP?

KESADARAN CINTA AKSARA : MISTERI DI BALIK HALAMAN TERAKHIR